Wednesday 25 January 2023

Makalah Kearifan Lokal Kelas XII Mapel Sosiologi

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  Latar Belakang

Seluruh kebudayaan lokal yang berasal dari kebudayaan beraneka ragam suku-suku di Indonesia merupakanbagian integral daripada kebudayaan Indonesia. Kenyataan bahwa bangsa Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dengan segala keaneka- ragaman dan tidak bisa lepas dari ikatan-ikatan primordial, kesukuandan kedaerahan. Proses pembangunan yang sedang berlangsung menimbulkanperubahan dan pergeseran sistem nilai budaya sehingga mental manusiapun terkenapengaruhnya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menimbulkan perubahankondisi kehidupan manusia. Maka dari itu diperlukan sebuah peranan budaya lokaluntuk mendukung ketahanan budaya nasional itu sendiri.

Kearifan lingkungan atau kearifan lokal masyarakat sudah ada di dalam kehidupan masyarakat semenjak zaman dahulu mulai dari zaman prasejarah hingga saat ini, kearifan lingkungan merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai-nilai agama, adat istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat Wietoler dalam Akbar (2006) yang terbangun secara alamiah dalam suatu komunitas masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan di sekitarnya, perilaku ini berkembang menjadi suatu kebudayaan di suatu daerah dan akan berkembang secara turun-temurun. Secara umum, budaya lokal atau budaya daerah dimaknai sebagai budaya yang berkembang di suatu daerah, yang unsur-unsurnya adalah budaya suku-suku bangsa yang tinggal di daerah itu. Dalam pelaksanaan pembangunanan berkelanjutan oleh adanya kemajuan teknologi membuat orang lupa akan pentingnya tradisi atau kebudayaan masyarakat dalam mengelola lingkungan, seringkali budaya lokal dianggap sesuatu yang sudah ketinggalan di abad sekarang ini, sehingga perencanaan pembangunan seringkali tidak melibatkan masyarakat.

 

 

1.2     Rumusan Masah

Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan masalahnya antara lain:

1.      Apa Pengertian dan karakteristik kearifan lokal ?

2.      Apa Bentuk kearifan lokal ?

3.      Berikan Contoh nilai-nilai kearifan lokal ( Indonesia ) !

4.      Apa Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal ?

5.      Jelaskan Pentingnya mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam pemberdayaan komunitas !

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

A. Pengertian, ciri  dan karakteristik kearifan lokal

Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi, kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber dari sebuah tempat, yang di dalamnya terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat secara turun-temurun.

Penjelasan singkatnya, kearifan lokal di Indonesia merupakan suatu hal atau tindakan yang dianggap baik oleh masyarakat setempat. Makna kearifan lokal bisa terbentuk dan tercermin dari etika dan nilai-nilai luhur yang diyakini. Nilai yang tertanam dalam kearifan lokal bisa menjadi modal utama dalam membangun masyarakat tanpa merusak atau mengubah tatanan sosial yang berkaitan dengan lingkungan alam sekitar.

Kearifan lokal bisa dikatakan sebagai budaya unggul dari masyarakat setempat, karena nilai-nilai yang dipegang masih berhubungan erat dengan kondisi geografis dan lingkungan alam sekitar. Uniknya, meskipun dari bernilai lokal, nilai yang diyakini bersifat universal. Artinya, nilai tersebut bisa mengatur seluruh aspek dalam kehidupan masyarakat.

 

    1. Ciri-ciri Kearifan Lokal di Indonesia

Adapun ciri-ciri kearifan lokal yang perlu kamu ketahui adalah sebagai berikut:

a)      Menjadi benteng yang menjaga eksistensi kebudayaan asli dari pengaruh perkembangan zaman maupun terpaan budaya luar.

b)      Mampu mengakomodasi unsur-unsur budaya luar. Artinya, kearifan lokal mampu memilih mana budaya luar yang cocok dan masih sesuai dengan budaya asli. Ciri ini menunjukkan bahwa kearifan lokal tidak selalu bersifat tradisional, tapi juga adaptif terhadap perkembangan budaya.

c)      Mampu mengintegrasikan unsur budaya luar ke dalam budaya asli. Kearifan lokal mampu menyatukan budaya luar dan budaya asli dalam komunitas masyarakat sehingga berpotensi menciptakan kebudayaan nasional.

d)      Kearifan lokal sebagai alat kontrol sosial, berarti kearifan lokal menjadi alat yang mampu menjaga agar masyarakat memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan hidupnya dan agar hubungan sosial di masyarakat tidak hilang.

e)      Pemberi arah perkembangan budaya. Artinya, kearifan lokal mampu menjadi alat untuk Menjadi benteng pertahanan masyarakat dari terpaan budaya luar. Artinya, kearifan lokal mengarahkan masyarakat agar tetap berperilaku sesuai budayanya.

2. Fungsi Kearifan Lokal

Secara mendasar kearifan lokal bersifat dinamis, yaitu bisa menyesuaikan dengan perubahan zaman. Jadi, meskipun kehidupan masyarakat telah masuk era modernisasi, nilai-nilai kearifan lokal tetap ada karena menyimpan nilai-nilai yang sudah mengakar di masyarakat luas.

Dalam perkembanganya, kearifan lokal secara terus menerus menjadi pedoman dalam kehidupan agar masyarakat dapat bertahan hidup dengan aman, nyaman dan sejahtera. Hal tersebut dilakukan atas dasar fungsi-fungsi kearifan lokal berikut ini:

  1. Sebagai pengembangan sumber daya manusia, misalnya berkaitan dengan upacara daur hidup, konsep Kanda Pat Rate.
  2. Pemberdayaan kebudayaan dan ilmu pengetahuan,  misalnya upacara Saraswati, kepercayaan dan pemujaan pada Pura Panji.
  3. Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
  4. Sebagai integrasi komunitas atau kerabat serta upacara daur pertanian.
  5. Sebagai makna etika dan moral, misalnya dalam upacara ngaben dan penyucian roh leluhur.
  6. Sebagai makna politik, misalnya dalam upacara adat nangluk merana di Bali.

Dari fungsi di atas, kamu bisa tahu bahwa pelestarian kearifan lokal sangat penting untuk dilakukan agar masyarakat dapat beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya secara aman, damai dan sejahtera. Fungsi kearifan lokal tersebut juga menjaga masyarakat agar terhindar dari pengaruh negatif perkembangan zaman maupun budaya luar, Pahamifren.

 

B. Bentuk kearifan lokal

1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata atau Tangible

Sesuai dengan namanya, kearifan lokal berwujud nyata adalah kearifan lokal yang bisa kita lihat dan sentuh wujudnya. Kearifan lokal dalam bentuk nyata atau tangible ini bisa dilihat dalam berbagai bentuk, baik itu dalam bentuk tekstual seperti tata cara, aturan, atau sistem nilai.

Bentuk selanjutnya adalah arsitektural seperti berbagai jenis rumah adat yang ada di setiap daerah di Indonesia. Misalnya rumah Gadang di Sumatera Barat, rumah Joglo dari Jawa Tengah, atau rumah Panggung dari Jambi.

Bentuk kearifan lokal berwujud nyata lainnya adalah cagar budaya seperti patung, berbagai alat seni tradisional, senjata tradisional yang diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi lainnya, hingga tekstil tradisional seperti kain batik dari Pulau Jawa, dan kain tenun dari Pulau Sumba.

 

2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible

Kebalikan dari kearifan lokal berwujud yang nyata dan bisa dilihat serta dirasakan, kearifan lokal tidak berwujud atau intangible ini tidak bisa dilihat wujudnya secara nyata. Namun, walaupun tidak terlihat, kearifan lokal jenis ini bisa didengar karena disampaikan secara verbal dari orang tua ke anak, dan generasi selanjutnya.

Bentuk kearifan lokal tidak berwujud antara lain adalah nasihat, nyanyian, pantun, atau cerita yang mengandung pelajaran hidup bagi generasi selanjutnya yang bertujuan agar para generasi muda di wilayah tersebut tidak melakukan tindakan buruk yang dapat merugikan diri sendiri, masyarakat, serta alam sekitar yang menjadi rumah serta sumber penghidupan mereka.

Contohnya adalah kepercayaan asal Papua yang dikenal dengan nama Te Aro Neweak Lako. Kepercayaan ini merupakan bentuk kearifan lokal yang tidak berwujud atau intangible, dimana masyarakat mempercayai bahwa alam merupakan bagian dari diri mereka.

Karena alam adalah bagian dari diri sendiri, maka alam harus dijaga dengan hati-hati. Termasuk tidak menebang pohon seenaknya yang dapat membuat hutan gundul dan menyebabkan terjadinya berbagai bencana yang merugikan.

Alam tentu saja boleh dimanfaatkan, tetapi tidak boleh dieksploitasi secara berlebihan. Dengan kepercayaan ini, tidak heran jika alam di Bumi Papua masih sangat terjaga.

 

 

C. Contoh nilai-nilai kearifan lokal ( Indonesia )

·        Contoh Kearifan Lokal di Indonesia

Kearifan lokal sangat banyak dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah-daerah yang masih kental adat-istiadatnya. Biasanya, daerah-daerah tersebut masih melestarikan kuat nilai-nilai para leluhur. Contoh-contoh kearifan lokal di Indonesia yang bisa kamu temukan, di antaranya:

·        Hutan Larangan adat di Riau

Kearifan lokal ini berlaku di daerah Riau. Tujuannya, agar masyarakat sekitar bersama-sama melestarikan hutan di daerah tersebut dengan melarang menebang hutan secara liar atau sembarangan.

·        Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali 

Awig-Awig merupakan kearifan lokal yang melekat dan menjadi pedoman dalam berperilaku, terutama dalam hal berinteraksi dan mengolah sumber daya alam di lingkungan sekitar Lombok Barat dan Bali.

Di Bali misalnya, Awig-Awig bahkan dianggap sakral dan memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan hukum yang berlaku. Contoh penerapan Awig-Awig di Bali terlihat dari sikap masyarakat terhadap seseorang yang melanggar aturan lokal, misalnya melakukan pencurian, penipuan, pemanfaatan sumber daya alam, bahkan hingga penyalahgunaan narkoba.

Orang yang kedapatan melanggar, akan diberikan sanksi berupa Mengaksama (minta maaf), Dedosaan (denda uang), Kerampang (disita harta bendanya), Kasepekang (dikucilkan atau tidak diajak bersosialisasi dalam kurun waktu tertentu), Kaselong (pengusiran dari desanya), Upacara Prayascita (ritual pembersihan desa secara spiritual).

·        Cingcowong di Jawa Barat 

Cingcowong merupakan upacara adat suku Sunda yang bertujuan meminta hujan dan berlangsung secara turun temurun sebagai wujud pelestarian budaya. Hingga saat ini, ritual Cingcowong masih sering dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat.

·        Bebie

Bebie merupakan contoh kearifan lokal yang berkembang di wilayah Muara Enim, Sumatera Selatan. Kearifan lokal ini berupa kegiatan menanam dan memanen padi secara bersama-sama dengan tujuan agar panen cepat selesai.

·        Hukum Sasi di Maluku

Sasi adalah suatu adat istiadat yang menjadi suatu pedoman bagi masyarakat Maluku dalam mengelola lingkungan untuk  mengoptimalkan pemanfaatan dari sumber daya alam.

 

D. Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal

Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang akan mengancam dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala aspek kehidupan terpenaruhi, misalnya system ekonomi, budaya dan lingkungan hidup manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi. Tekhnologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Namun demikian kemajuan tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada sistem ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.

Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.

Hal tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat mulai terkikis.  Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada kedaerahan (kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.

 

E. Pentingnya mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam pemberdayaan komunitas

Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan sosial dalam rangka pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangakan komunitas merupakan sekelompok orang atau lebih yang hidup bersama pada suatu tempat memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan sehingga saling mempengaruhi dan berintegrasi. Jadi, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan seseorang atau kelompok untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya dengan cara meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan, dan pengembangan kualitas hidup masyarakat. Dengan adanya pemberdayaan komunitas ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan sumber daya manusia, misalnya dengan peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, pembukaan lapangan pekerjaan, pengentasan kemiskinan, sehingga kesenjangan sosial dapat diminimalkan.

·            Tujuan dan Strategi Dalam Pemberdayaan Komunitas

     Pemberdayaan komunitas bertujuan untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, dan mengendalikan apa yang mereka lakukan serta mampu memecahan masalah yang dihadapi dengan menggunakan daya/kemampuan yang dimiliki. Selain itu pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatakan standar hidup masyarakat dan peningkatan kebebasan setiap orang. Adapun Pendekatan dalam Pemberdayaan Komunitas Menurut Eliot terdapat tiga strategi pendekatan yang dipakai dalam proses pemberdayaan komunitas atau masyarakat, antara lain sebagai berikut.

1.        Pendekatan kesejahteraan (the walfare approach), yaitu membantu memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok tertentu, misalnya mereka yang terkena musibah bencana alam.

2.        Pendekatan pembangunan (the development approach), memusatkan perhatian pada pembangunan untuk meningkatkan kemandirian, kemampuan, dan keswadayaan masyarakat.

3.        Pendekatan pemberdayaan (the empowerment approach), melihat kemiskinan sebagai akibat proses politik dan berusaha memberdayakan atau melatih rakyat untuk mengatasi ketidakberdayaannya.

·            Manfaat Pemberdayaan Komunitas

     Adanya pemberdayaan komunitas ini mampu memunculkan potensi yang dimiliki masing-masing individu pada komunitas tersebut. Sehingga individu mampu mengembangkan kreativitas serta kemampuan untuk menunjang tingkatkan kejahteraan mereka. Pemberdayaan berkontribusinya bagi kehidupan masyarakat melalui pemberian pengetahuan manajemen, mutu, teknik, keterampilan, dan metodologi bagi masyarakat, sehingga komunitas dapat memperoleh manfaat yang lebih besar dalam pekerjaan dan perbaikan kinerjanya.

 

Pemberdayaan Komunitas Berbasis Nilai-Nilai Kearifan Lokal

Model pemberdayaan komunitas berbasis kearifan lokal mengandung arti penempatan nilai-nilai setempat (lokal) sebagai input pembangunan sosial serta penanggulangan masalah-masalah sosial sepeti penganggurang, kemiskinan, dll. Adapun nilai-nilai setempat (lokal) tersebut merupakan cerminan dari nilai kearifan lokal yang mengandung nilai-nilai yang baik yang telah diyakini serta diamalkan oleh masyarakat setempat dan menjadi gambaran dari masyarakat yang tersebut. Nilai-nilai luhur tersebut meliputi gotongroyong, musyawarah untuk mufakat, dan toleransi (tepa selira), etos kerja, dll.

Sehingga adanya model pemberdayaan komunitas berbasis nilai-nilai kearifan lokal akan menciptakan masyarakat yang berdaya, yakni masyarakat yang mampu memahami diri dan potensinya dan mampu merencanakan (mengantisipasi kondisi perubahan ke depan), mampu mengarahkan dirinya sendiri, Memiliki kekuatan untuk berunding, memiliki bargaining power yang memadai dalam melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, serta bertanggung jawab atas tindakannya.

 

Peranan Kearifan Lokal dalam Pemberdayaan Komunitas

     Indonesia memiliki keberagaman budaya, suku bangsa, bahasa, agama, dan sebagainya. Dalam keragaman budaya salah satunya mencakup hubungan kearifan lokal di dalam masyarakat. Kearifan lokal didefinisikan sebagai suatu kekayaan budaya lokal yang mengandung kebijakan hidup dan pandangan hidup yang mengakomodasi kearifan hidup. Di Indonesia, kearifan lokal merupakan suatu filosofi dan pandangan hidup yang terwujud dalam berbagai bidang kehidupan seperti nilai sosial dan ekonomi, arsitektur, kesehatan, tata lingkungan, dan sebagainya. Hal ini dapat dilihat pada kearifan lokal mengenai keselarasan alam yang telah menghasilkan pendopo dalam arsitektur Jawa. Pendopo dengan konsep ruang terbuka menjamin ventilasi dan sirkulasi udara yang lancar tanpa perlu penyejuk udara agar konsep rumah tetap ramah lingkungan.

Jika kearifan lokal ibaratkan sebagai pegangan hidup secara turun temurun, maka pemberdayaan komunitas merupakan suatu alat untuk merekatkan kehidupan bermasyarakat. Pemberdayaan komunitas yang dimaksud di sini adalah suatu proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial guna memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri. Dengan terlibat dalam pemberdayaan komunitas, maka setiap anggota masyarakat akan merasa lebih dekat dan peduli dengan sesama anggota di lingkungan masyarakatnya.

Melalui nilai-nilai kearifan lokal, pemberdayaan komunitas dapat dilakukan dengan lebih efektif dan sesuai dengan karakter masyarakat sasaran. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memahami apa yang menjadi akar budaya di masyarakat masing-masing. Tujuannya agar komunitas di masyarakat kita bisa berkembang sesuai dengan akar dan karakteristiknya sesuai dengan perkembangan zaman. Kearifan lokal dapat memiliki sifat antarbudaya dan antaretnik yang ada. Jika sifat-sifat tersebut sudah menjadi satu, maka kearifan lokal tersebut dapat membentuk tingkat tatanan nilai yang baru yakni nilai budaya yang bersifat nasional.

 

 

BAB III

PENUTUP

 

3.1  Kesimpulan

Berdasarkan literatur yang berkembang, kearifan lokal berasal dari dua kata, yaitu kearifan (wisdom) dan lokal (local). Local artinya setempat, sementara wisdom artinya bijaksana. Jadi, kearifan lokal dapat dikatakan sebagai gagasan atau pandangan yang bersumber dari sebuah tempat, yang di dalamnya terdapat sifat bijaksana atau nilai-nilai baik yang tertanam, diyakini, dan dianut oleh suatu masyarakat secara turun-temurun.

Bentuk kearifan lokal

 

1. Kearifan Lokal Berwujud Nyata atau Tangible

2. Kearifan Lokal yang Tidak Berwujud atau Intangible

Contoh kearifan lokal

·        Hutan Larangan adat di Riau

·        Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali 

·        Cingcowong di Jawa Barat 

·        Bebie

·        Hukum Sasi di Maluku

 

Pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal

Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

Perkembangan tekhnologi memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita kearah dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan oleh gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja.

Pentingnya mengembangkan nilai - nilai kearifan lokal dalam pemberdayaan komunitas

Pemberdayaan merupakan suatu proses pribadi dan sosial dalam rangka pembebasan kemampuan pribadi, kompetensi, kreatifitas dan kebebasan bertindak. Sedangakan komunitas merupakan sekelompok orang atau lebih yang hidup bersama pada suatu tempat memiliki kesamaan kepentingan dan tujuan sehingga saling mempengaruhi dan berintegrasi. Jadi, pemberdayaan komunitas dapat diartikan sebagai upaya peningkatkan kesejahteraan seseorang atau kelompok untuk meningkatkan harkat dan martabat kehidupannya dengan cara meningkatkan kapasitas dari semua komunitas, mendukung pembangunan berkelanjutan,

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Jojo. “kearifan lokal”. http://merdekaahmad.blogspot.com/2012/11/kearifan-lokal.html.

Johan Iskandar, “Mitigasi Bencana Lewat Kearifan Lokal”, Kompas, 6 Oktober 2009.

Ending. “System Kearifan Lokal”. http://www.deptan.go.id/dpi/detailadaptasi3.php.

https://pahamify.com/blog/pahami-materi/materi-ips/kearifan-lokal-di-indonesia-dan-pemberdayaan-komunitas/

https://www.gramedia.com/literasi/kearifan-lokal/

https://blog.unnes.ac.id/nikendheasyearyani/2017/11/12/materi-sosiologi-kelas-xii-kearifan-lokal-dan-pemberdayaan-komunitas/